Hari ini hari minggu, dan lelakiku tidak di sini.
"Yaang"
"Iya, kenapa?"
"Aku kangen kamu"
"Ketemu lah, kesini ya. Aku rindu kamu"
"Maaf yaang ga bisa, kamis aja ya kan libur."
"Oh yaudah"
-----
"Yaang disana hujan?"
"Iya kenapa? kamu mau kesini?"
"Oh tidak, sudah aku bilang aku lelah sekali hari ini.."
"Baiklah tidak apa. Nanti telpon aku ya setelah kamu mandi, makan dan maghrib"
"Iya pasti sayang"
----
"Yaang"
"Sudah mandi, makan dan sholat kah?"
"Sayang.. aku menunggu telpon mu"
"Sayang.. kenapa tidak aktif handphonenya"?
----
"Sayang maaf handphone ku diruang depan, aku sedang main ps dikamar tidak lihat kamu menghubungiku"
"............."
Aku membanting handphoneku. Entah sudah keberapa kalinya lelaki ini menghindar untuk bertemu denganku dan menghubungiku pun sulit.
Tak lama setelahnya, menceritakan kepada Mama ku.
“Ma, ada yang ingin aku ceritakan.”
“Tentang apa? Lelakimu?”
“Ya. Dia masih menghindar untuk bertemu dan menghubungiku”
“Diamkan saja, kalau dia rindu, dia yang akan mencarimu. Ikhlaskan saja jika memang dia sudah tidak ingin bersama.”
Entah sudah berapa banyak air mata yang ku keluarkan.. Entah sudah seberapa besar bengkak mataku ini..
– Di belahan lain Bekasi –
“Kamu mau jemput aku kesini jam berapa? Kita pergi ke nikahan teman kita jam berapa?”
“Sudah di depan rumahmu. Bisa bukakan pintu?”
“Sebentar, kamu tidak akan menemui kekasihmu hari ini ‘kan?”
“Tidak, aku sudah bilang jika aku lelah ingin beristirahat dan aku tidak bisa berangkat menemuinya.”
“Dasar pembual yang tak bisa kutinggalkan!”
“Aku membual ‘kan demi bertemu kamu.”
“Alasan apa lagi yang kamu berikan kali ini?”
“Aku sedang lelah dan ingin main ps seharian”
“Kamu memang jago membohonginya atau dia memang bodoh untuk dibohongi"
"Entahlah, cepat bukakan pintu. Aku sudah didepan rumahmu."
"Aku rindu dan bosan diam-diam menjadi selingkuhanmu.”